Thursday, March 10, 2011

Sabda Alam

Aku mendongak, lihat langit yang ku junjung dan cahaya artik utara yang membakar langit,
Perit sekali.
Aku menghirup debu yang timbul dari kepanikan,
Sesaknya.
Aku menatap awan bertali namun kelabu kerana karbon menyelimuti,
Empat puluh ribu kaki kerdil ini.
Aku menghela asap puncak gunung berapi dari panas lava mengepul ke udara,
Itu tanda amarah alam sebenarnya.
Dataran kemarau telah membentang pergi untuk selama-lamanya kekeringan,
Aku terduduk jatuh di hujung dunia musnah.

Aku menyaksikan rama-rama putih segera membebaskan diri dari kepompong,
Dan mengembangkan sayap lantas terbang ketakutan.
Sang lebah liar tidak lagi mencari madu,
Akibat bunga-bunga yang telah layu.
Mereka manusia mula memakai kulit sang raja rimba sebagai kecenderungan menimbulkan megah yang dahsyat!
Sementara rubah mengawasi hutan taklukan kecilnya,
Pertarungan suku Chimbu dan dentuman hentak memukul drum itu suara alam menyerpa rimba hijau,
Matahari mega jingga terbenam di puncak pepohonan hutan merah.

Paus biru melompat ke udara lalu jatuh ke laut luas dan memercik air,
Kedinginan terasa.
Menatap sebuah perjuangan salmon dalam cengkaman beruang,
Korban jalan mematikan pemijahan.
Sementara belayar melalui laut pijarnya kian tercemar indahnya,
Sekali lagi menyayat hati.
Aku selami laut yang karang terumbunya tiada siapa pernah lihat sebelumnya.
Sedang ikan liar laut berenang di sekitar dalam tarian mereka yang mengasyikkan jiwa.
Aku terleka sejenak,
Mana jalan pulang ke darat?
Aku mengekori kumpulan sang penyu dalam lumba mereka ke pantai,
Terima kasih untuk itu.
Menatap sang camar berterbangan dan tersenyum mendengar mereka bernyanyi,
Aku harap itu petanda alam murni.
Mereka terus bernyanyi menyampai cerita alam...

Ada begitu banyak dunia di luar sana untuk dilihat, disentuh, dicuba tapi jangan, usah musnahkannya!
Keajaiban bumi tidak boleh dibeli oleh orang kaya
Alam ini yang dimiliki oleh sang ibu alam dan mereka sepatutnya, seharusnya bebas!

3 comments: